Jakarta - Indonesia memiliki target menekan emisi karbon jadi 0% untuk memerangi pemanasan global yang semakin mengancam keberadaan bumi dan umat manusia pada 2060.
Sebagai langkah awal, Pemerintah merencanakan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% pada 2030. Jika ada bantuan dari dunia Internasional, penurunan emisi GRK bisa mencapai 41% pada 2030.
Pada saat yang sama, pemerintah telah mengesahkan target baru yang didominasi oleh energi hijau di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, daam upaya untuk mencapai baruan energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025, serta Rencana Umum Ketenagalistrikan 2019-2038 yang menargetkan baruan energi sebesar 2038 dan 31% pada 2050.
Pertamina yang menjadi salah satu pemain utama dalam pemenuhan komitmen pemerintah dalam soal energi hijau menargetkan 17% energi bersih dalam portofolio bisnis pada 2030.
Pasca penandatanganan dokumen legal end-state di Agustus 2021, Pertamina secara resmi telah menyelesaikan proses transformasi yang salah satunya melalui pembentukan Subholding Power & New Renewable Energi (PNRE) dengan mengusung PT Pertamina Power Indonesia atau dikenal dengan Pertamina NRE.
Pembentukan subholding ini merupakan penegasan atas komitmen Pertamin untuk mewujudkan transisi energi dan menjadiujung tombak pengembangan energi hijau di Indonesia, sekaligus upaya meraih posisi sebagai salah satu pemain utama energi hijau di tingkat global.
"Mandat untuk Pertamina NRE sangat jelas, yakni mewujudkan transisi energi di Indonesia. Kami juga difokuskan untuk melakukan transisi energi di halaman sendiri yakni di lokasi-lokasi operasi milik Pertamina Group melalui inisiatif dekarbonasi dan efisiensi dengan menyediakan energi hijau," kata Chief Executife Office Pertamina NRE, Dannif Danusaputro dalam keterangan tertulis, Rabu (9/3/2022).
Melalui Pertamina NRE, terlah ditetapkan target kapasitas energi bersih sebesar 10 GW pada 2026. Jumlah itu meliputi 5 GW pembangkit gas, 4 GW energi terbarukan termasuk panas bumi, serta 1 GW energi baru seperti green hydrogen, electric vehicle, nature climate solution dan lainnya.
"Mayoritas portofolio hijau tersebut berada dalam pengelolaan Pertamina NRE beserta anak-anak usaha dan afiliasinya. Semua target yang dicanangkan akan dicapai dengan kolaborasi, baik dengan internal Pertamina Group maupun perusahaan lainnya yang memiliki visi selaras," jeas Dannif.
Pencapaian target-target tersebut akan dilakukan oleh Pertamina NRE melalui anak usaha dan afiliasi. Seperti halnya pengembangan panas bumi, green hydrogel dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang sudah memiliki kapasitas terpasang 672 MW own operation, dan untuk pengembangan gas to power dilakukan oleh PT Jawa Satu Power dan PT Jawa Satu Regas contohnya proyek Jawa-1 dengan kapasitas 1,8GW.
Sedangkan untuk pemenuhan target EV Ecosystem, Pertamina melalui Pertamina NRE bersama holding perusahaan tambang pemerintah MIND ID, PT Aneka Tambang, dan PT PLN tergabung dalam Indonesia Battery Corporation (IBC).
Perusahaan ini difokuskan untuk bergerak di industri baterai dari hulu ke hilir, mulai dari penyediaan baterai untuk kendaraan listrik, stasiun pengisian listrik umum (SPLU) dan ekosistem pendukung lainnya. Kolaborasi ini diharapkan bisa mendorong transisi di sektor transportasi dari BBM fosil ke kendaraan listrik.
Dalam rangka mewujudkan transisi energi yang dimulai dari halaman sendiri, Pertamina NRE telah melakukan kolaborasi dengan sub-holding lain ataupun afiliasi Pertamina lainnya untuk menyediakan sumber energi hijau.
Pertamina NRE sudah mengoperasikan PLTS Badak dengan kapasitas 4 MW (2019). Selain itu, masih ada PLTS Dumai berkapasitas 2 MW, PLTS Cilacap 1,34 MW, PLTS Atap di 141 SPBU. Di samping mengembangkan di halaman sendiri, Pertamina NRE juga mendukung program pemerintah yakni Green Industri Cluster dengan membangun PLTS di Kawasan Sei Mangkei 2 MW, PLTBg Sei Mangkei 2,4 MW, dan melakukan layanan operation dan maintenance di PLTBg Kwala Sawit dan Pagar Merbau 2 MW.
Bekerja sama dengan BPPT, Pertamina NRE juga sedang dalam tahap finalisasi pembangunan PLTP Binary di Tomohon, Sulawesi Utara sebagai proyek percontohan PLTP skala kecil.
Kementerian BUMN selaku pemegang saham Pertamina akan menjadikan perusahaan minyak dan gas ini sebagai pemimpin transisi energi di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu perusahaan penyedia energi hijau terkemuka di tingkat global. Dekarbonasi atau emisi nol persen merupakan komitmen Indonesia dalam Paris Agreement yang disetujui 169 negara pada 15 Desember 2015.
Emisi 0% menjadi tekad banyak negara seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan. Mereka menargetkan emisi 0% pada 2050.
Sumber:
jacek-dylag-wArzmoxD-Q-unsplash-scaled.jpg (2560×1707)
RI Mau Tekan Emisi Karbon Jadi 0%, Bagaimana Tahapannya? (detik.com)